Minggu, 14 Februari 2010

Belum Seutuhnya Kembali

Nggak tahu harus gimana lagi, seolah aku nggak pernah mengenalnya. Meski ada komunikasi tapi itu garing banget. Ada benteng yang sangat tebal yang membentengi kita. Ini nggak boleh dilanjutkan, harus disudahi sampai disini. Meski susah tapi harus dicoba. Chylma orang yang baik hati dan rdiaendah diri yang selalu bilang kalau dia melakukan semunya lillahi ta’ala, bukan atas kepentingan pribadi apalagi sampai memanfaatkan aku. Dan yang aku rasakan juga sama seperti itu karena aku nggak merasa dimanfaatkan sama sekali.

Dulu, sering sekali orang membicarakan kita karena mereka nggak suka kita sering bareng. Mereka sering kali bilang kepadanya, “hati-hati milih temen, pa lagi dia tuch orangnya egois, maunya menang sendiri, jangankan kita yang cuma temen biasa, orang KORPUS-nya aja nggak pernah didengerin” atau “kenapa sih, selalu aja Rie, padahal dia bukan siapa-siapa, malah seharusnya aku yang lebih tahu,bukan dia” dan masih banyak lagi yang lain. Yach… namanya juga manusia, mereka punya mulut, mereka punya perasaan tapi aku nggak mau banyak komentar karena aku nggak tahu, saat itu aku berada di posisi yang benar atau mungkin malah sebaliknya karena setiap orang punya alasan dan pastinya semua orang merasa dirinyalah yang paling benar. Itulah alasan yang slama ini membuatku tetap diam walaupun toh omongan mereka sesekali membuatku ngrasa terhianati. (Cie…………)

Dan setiap kali, selepas menemaninya belanja pasti ada aja ungkapan yang bikin kita bad mood. Mereka mengira perjalanan ke Surabaya tuh menyenangkan, padahal itu cukup melelahkan. Hingga akhirnya, setelah perjalanan ketiga, ada suatu hal yang kurang menyenangkan antara kita. Yach,,, biasalah, lagi-lagi karena omongan orang mengenaiku. Namun, aku sama sekali nggak ingin tahu tentang apakah itu. Paling-paling cerita yang enggak-enggak seperti sebelumnya, yang nantinya akan menguras hati dan pikiranku. Biasanya, disinilah puncak kelelahanku, ketika anjing menggongong, namun kafilah akan tetap berlalu. Tapi,,, aku nggak nyangka ternyata ini dampaknya lumayan besar, ketika dia lebih memilih mempercayai orang lain dan memutuskan untuk tidak lagi mengenalku. Aku hanya bisa diam dan mencoba menginstropeksi diri, di satu sisi aku berpikir “mungkin aku yang salah, nggak seharusnya aku menolaknya ketika dia akan menceritakan apa yang dikatakan orang tentangku” aku faham dengan niat baiknya, tapi disisi lain, aku juga berpikir “aku nggak mau dipusingkan ma kesan orang tentangku, aku harus menjadi diriku sendiri”. Tiga hari berlalu, tidak ada komunikasi sama sekali antara kita. Kita bener-bener seperti orang yang nggak pernah kenal sedikitpun. Padahal kita masih sama-sama berada di satu atap, sungguh aku nggak tahan dengan ini tapi aku akan lebih nggak tahan lagi jika dia harus terus-terusan dipusingkan ma kesan orang tentangku. Saat itu, aku bertekad untuk tidak lagi ikut campur segala urusannya. Aku yakin dia bisa mengerjakan semuanya tanpaku karena memang selama itu aku nggak melakukan apa-apa untuknya. Aku hanya memberikan sedikit yang aku tahu, nggak lebih dari itu. Tiba-tiba ada telepon darinya, kita saling minta maaf dan semuanya kembali seperti semula tapi aku tetap memegang tekadku.

Kebekuan itu kembali terjadi, ada rasa nggak nyaman antara kita. Dan itu sudah aku tulis sebelumnya. Aku juga nggak tahu mengapa harus begini, tapi ini bener-bener membuatku selalu dan selalu memikirkannya. Ada satu hal yang aku takutkan, jika dia mengira bahwa sikapku ini karena aku nggak suka dia bersama Dinda. Bukan itu, sungguh bukan itu. Aku tetep seperti yang dulu, tapi ini memang murni karena aku salah ekspresi dan lagi males ngomong ma orang. Maaf chylma, aku janji ini nggak akan lama. Ternyata ini bukan hanya menguras waktu tapi hati dan juga pikiranku. Kalau ini nggak cepet diselesaiin, yah.. nggak bakal selesai-selesai. Buruan dong Rie……………….

Tidak ada komentar: